Rabu, 17 Desember 2014

Romantisnya kisah Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Azzahra

Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.

Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan!

‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.

”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali.

Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.

Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali.

Lihatlah berapa banyak budak Muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insya Allah lebih bisa membahagiakan Fathimah.

’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. ”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali.

”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu.

Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum Muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh- musuh Allah bertekuk lutut.

’Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. ’Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..”

Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah. Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya. ’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi.

’Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah. ”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!” ’Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali ridha.

Cinta tak pernah meminta untuk menanti.

Ia mengambil kesempatan.

Itulah keberanian.

Atau mempersilakan.

Yang ini pengorbanan.

Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ’Umar juga ditolak.

Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ’Utsman sang miliarderkah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.

Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adzkah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubaidah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?

”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi.. ”

”Aku?”, tanyanya tak yakin.

”Ya. Engkau wahai saudaraku!”

”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?”

”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”

’Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.

”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan- pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya. Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.

Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.

”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?”

”Entahlah..”

”Apa maksudmu?”

”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!”

”Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka,

”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya !”

Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan ke kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang.

Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti. 

’Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!” Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ’Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.


Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada ‘Ali, “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda ”

‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau menikah denganku? dan Siapakah pemuda itu?”

Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu”

Kemudian Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan aku untuk menikahkan Fatimah puteri Khadijah dengan Ali bin Abi Thalib, maka saksikanlah sesungguhnya aku telah menikahkannya dengan maskawin empat ratus Fidhdhah (dalam nilai perak), dan Ali ridha (menerima) mahar tersebut.”

Kemudian Rasulullah saw. mendoakan keduanya:

“Semoga Allah mengumpulkan kesempurnaan kalian berdua, membahagiakan kesungguhan kalian berdua, memberkahi kalian berdua, dan mengeluarkan dari kalian berdua kebajikan yang banyak.” (kitab Ar-Riyadh An-Nadhrah 2:183, bab4).

 

Kisah ini diambil dari buku Jalan Cinta Para Pejuang, Salim A.Fillah

chapter aslinya berjudul “Mencintai sejantan ‘Ali”

 

Rabu, 10 Desember 2014

Ketika Umar bin Khattab Diomeli Istrinya

ADA seseorang bermaksud menghadap Umar bin khattab hendak mengadukan perihal perangai buruk istrinya.

Sampai ke rumah yang dituju, orang itu menanti Umar ra di depan pintu.

Saat itu ia mendengar istri umar mengomeli diri Umar, sementara Umar sendiri hanya berdiam diri saja tanpa bereaksi.

Orang itu bermaksud balik kembali sambil melangkahkan kaki seraya bergumam, “Kalau keadaan Amirul Mukminin saja begitu, bagaimana halnya dengan diriku.”

Bersamaan itu Umar keluar, ketika melihat orang itu hendak kembali, Umar memanggilnya. Umar bertanya, “Ada keperluan penting?”

Taman

Lelaki itu menjawab, “Amirul Mukminin, kedatanganku ini sebenarnya hendak mengadukan perihal istriku lantaran suka memarahiku.

“Tetapi begitu aku mendengar istrimu sendiri berbuat serupa, maka aku bermaksud kembali. Dalam hati aku berkata, ‘Kalau keadaan Amirul Mukminin saja diperlakukan istrinya seperti itu, bagaimana halnya dengan diriku?’”

Umar berkata kepada lelaki itu, “Saudara, sesungguhnya aku rela menanggung perlakuan seperti itu dari istriku karena adanya beberapa hak yang ada padanya. Istriku bertindak sebagai juru masak makananku. Ia selalu membuatkan roti untukku. Ia selalu mencucikan pakaian-pakaianku. Ia menyusui anak-anakku, padahal semua itu bukan kewajibannya. Aku cukup tentram tidak melakukan perkara haram lantaran pelayanan istriku. Karena itu aku menerimanya sekalipun dimarahi.” []
[www.bringislam.web.id]

Sabtu, 06 Desember 2014

Ketika Tuham memberiku pilihan

Saat ku menatap dan menikmati derasnya hujan di malem yang sunyi. Ku menyadari bahwasanya ku sedang diberikan pilihan oleh Tuhanku ya Ilahi rabbi.

Ku sedang dilanda resah dan gelisa

Sejarah Taj Mahal

Tāj Mahal (bahasa Urdu: تاج محل, Hindi: ताज महल) adalah sebuah monumen yang terletak di Agra, India. Dibangun atas keinginan Kaisar Mughal Shāh Jahān, anak Jahangir, sebagai sebuah musoleum untuk istri Persianya, Arjumand Banu Begum, juga dikenal sebagai Mumtaz-ul-Zamani atau Mumtaz Mahal. Pembangunannya menghabiskan waktu 22 tahun (1630-1653) dan merupakan sebuah adi karya dari arsitektur Mughal.
Shah Jahan, kaisar dari Kekaisaran Mughal memiliki kekayaan yang besar selama masa kejayaannya. Pada 1631 istri ketiganya dan merupakan istri yang paling dicintainya wafat sewaktu melahirkan putrinya Gauhara Begum, anak ke-14 mereka.
Pada tahun 1983 Taj Mahal diterima sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO
Lokasi sesuai Google Earth:
Latitude 27°10'29.92"N Longitude 78° 2'32.08"E
== Sejarah Pembuatan raja yudhis al yusuf yang awalnya bernama Pangeran Khurram dilahirkan pada tahun 1592. Ia adalah anak dari Raja Jehangir (generasi ke-4 Kekaisaran Mughal) dan cucu dari Akbar the Great. Ketika ia sedang berjalan menyusuri Meena Bazaar, ia melihat seorang gadis sedang menjajakan kain sutera dan manik-manik kaca. Shāh Jahān jatuh hati pada pandangan pertama. Gadis ini adalah Mumtaz ul Zamani, cucu dari bangsawan Persia, Arjumand Banu Begum. Namun ia harus menunggu 5 tahun kemudian untuk menikahi Mumtaz ul Zamani, tepatnya tahun 1612.
Pada tahun 1628, Shāh Jahān naik menjadi raja dan Mumtaz ul Zamani diberi julukan Mumtaz Mahal yang memiliki arti "Jewel of the Palace” (Permata di Istana). Meskipun sebelumnya sang raja sudah memiliki dua istri, tetapi Mumtaz Mahal adalah yang paling dicintainya, ia menemani kemanapun sang raja pergi, baik di dalam istana maupun di tenda-tenda dalam perjalanan bersama sang raja.
Saat Mumtaz Mahal melahirkan anak ke-14 mereka tahun 1631, ia meninggal karena komplikasi. Shāh Jahān-pun berjanji bahwa dia tidak akan pernah menikah lagi dan akan membangun makam termegah di atas kuburannya[1].
Beberapa waktu setelah kematiannya, Shāh Jahān memerintahkan Ustad Ahmad membuat bangunan ini. Ustaz Ahmad mengumpulkan 20.000 orang pekerja yang terdiri dari tukang batu, tukang emas, dan pengukir yang termasyhur dari seluruh dunia.
Dengan bumbung, kubah dan menara yang buat dari marmer putih, serta seni mozaik yang indah, Taj Mahal merupakan salah satu dari Tujuh keajaiban di dunia. Sebanyak 43 jenis batu permata, termasuknya yaitu berlian, jed, kristal, topaz dan nilam telah digunakan untuk memper indah Taj Mahal. Taj Mahal dibangun dengan simetris dan makam Mumtaz Mahal berada tepat di tengah bangunan Taj Mahal. Satu-satunya yang tidak simetris adalah makam Shah Jahan yang terletak disebelah makam Mumtaz Mahal karena makam ini tidak ada dalam rencana awal pembangunan. Awalnya Shah Jahan berniat memdirikan Taj Mahal versi hitam untuk menunjukkan kesedihannya pada dunia sepeninggal Mumtaz Mahal dan juga sebagai tempat peristirahatan terakhir untuk dirinya. tetapi rencana ini digagalkan oleh putranya. Pembuatan Taj Mahal sendiri memakan masa selama 22 tahun.

http://id.wikipedia.org/wiki/Taj_Mahal

perkembangan islam di eropa

Perkembangan Ajaran Islam di Eropa
 
1. Austria
Di Austria terdapat Islamic Center, masjid , perpustakaan, dan madrasah sebagai tempat untuk memepelajari Al Qur’an. Lembaga ini menjadi penghubung dengan dunia Islam pada umumnya.
Di Austria terdapat perpustakaan Islam yang dikenal dengan nama Social Service. Semua biaya kegiatan keagamaan ditanggung oleh umat Islam sendiri. Untuk menyiapkan generasi penerus pendidikan agama Islam diberikan pada hari sabtu dan minggu.
2. Belgia
Keberadaan agama Islam di Belgia diakui oleh pemerintah sebagai salah satu agama dari yang sah. Untuk menampung kegiatan umat Islam dibangun masjid dan Islamic center. Di negara ini pernah dipakai tempat muktamar Islam Eropa tepatnya di kota Brussel.
Sejak tahun 1975 Pendidikan agama Islam di masukkan ke dalam kurukulum sekolah di tingkat SD, SMP dan SMA. Materi yang diajarkan adalah; Al Qur’an, Bahasa Arab, Ilmu Agama Islam.
3. Spanyol
Di negara ini umat Islam pernah mengalami kejayaan, yaitu pada masa kekuasaan Bani Umayyah. Pada masa-masa berikutnya Isam tidak lagi mampu mengembangkan sayapnya dinegara ini, karena mendapatkan himpitan dari kristen. Pada masa pemerintah Spanyol mengeluarkan undang-undang yang mengakui bahwa semua agama mempunyai derajat yang sama, kegiatan Islam muai tampak lagi. Bangunan masjid Kordaba menjadi kebanggaan umat Islam pada waktu itu. Pada tahun 1981 dibangunlah Islamic center sebagaipusat pendidikan Islam.
4. Bulgaria
Umat Islam di Bulgaria pernah berjaya, yaitu pada masa Dinasti Usmaniyah berkuasa. Umat Islam di Bulgariaya berjumlah 12,2 %, dan sudah masuk menjadi bagian dari sistem politik.
Pemerintah Bulgaria pernah melarang segala kegiatan organisasa muslim serta menetapkan sejumlah larangan bagi umat Islam. Kegiatan keagamaan dibatasi dan umat Islam diharuskan mengganti nama Arab mereka. Manun demikian umat Islam tetap bertahan dan teus mengmbangkan dakwah Islam. Umat muslim Bulgaria terdapat dua komunitas besar yaitu; Pomak atau etnis Bulgaria yang tigngal di wilayah pegunungan selatan dan etnis Turki yang tinggal di kawasan tenggara. Problem yang dihadapai umat muslim adalah rendahnya tingkat pendidikan dan minimnya lapangan pekerjaan.
5. Inggris
Di inggris agama Islam berkembang dengan pesat, faktor yang menjadi pendorong perkembangan Islam antara lain mengalirnya ilmu pengetahuan Islam dari Spanyo, Pemindahan Universitas Toledo ke Inggsris, sehingga Inggris memiliki Universitas Cambraibge dan Oxford. Untuk mengengbangkan agama Islam dibangunlah masjid agung (Central mosque) di pusat kota London. Mozarobes adalah salah satu tokoh yang sangat gigih dalam mendakwahkan Islam di Inggris.
Pada saat ini umat muslim Inggris menjalin hubungan kerja sama dengan umat muslin Indonesia. Programnya adalah penukaran imam dan khotib yang disepakati dalam forum Kelompok Penasehat Keulamaan Indonesia- Inggris atau RI UK Islamic Advisory Group ( UK – IAG ) yang dibentuk atas kesepakatan Perdana Menteri Inggris Tony Blair dengan Presiden Susilo Bambang Yudoyono, pada bulan Maret 2006. Selain itu adalah penterjemahan karya-karya Indonesia ke dalam bahasa Inggris, dialog antara agama dan aneka kegiatan mengisi waktu luang pelajar.
6. Perancis
Sebenarnya di negara ini terkenal sebgai negara Katolik. Akan tetapi, dalam hal agama liberal, orang yang tidak beragama pun diakui hak-haknya. Agama Islam dapat berkembang dengan baik di negara ini. Sekarang sudah ada Al Qur’an diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis. Salah satu tokoh yang sangat gigih dalam hal ini adalah Jackues Beroue.
7. Italia
Italia adalah pusak agama Katolik di seluruh dunia. Namun demilkian Agama Islam dapat tumbuh dan berkembang di negara ini. Pada tahun 1984 kaum muslimin berhasil mendirikan masjid sebagai pusat kegiatan agama.
8. Jerman
Islam masuk di Jerman pada abad ke 8 M. Pada masa pemerintahan Frederich Wilhelm, Islam berkembang karena umat islam berjasa dalam perjuangan militer di jerman. Pada tahun 1908 dalam resimen “Towarczy”, ada 1.220 tentanra muslim dari 1.320, sedangkan sisanya beragama kristen. Peran militer muslim tidak hanya berperang melawan Napolion, tetapi berlanjut melawan Rusia dan Polandia.
Islam berkembang dengan pesat pada masa pasca Nazi puncaknya pada tahun 60-an. Sekarang populasi muslim di Jerman mencapai 3,7 juta, dari 82,5 juta penduduk jerman 33% beragama Protestan, 33 % beragama Katolik dan 4,5 % beragama Islam. Mayoritas muslim Jerman dari keturunan Turki, sisanya keturunan Maroko, Pakistan, Iran, Afganistan, Balkan dan sebagainya.
Pendidikan agama Islam telah disetujui pemerintah masuk pada kurikulum sekolah negeri, namun demikian masih ada kendala yaitu tidak adanya organisasi Islam yang diakui pemerintah, sedangkan pemerintah mensyaratkan hal itu ada untuk menjadi mitra bicara untuk membahas materi pelajaran agama Islam. Di Jerman terdapat masjid dan mushola sekitar 2.200 . Di Berlin sendiri terdapat sekitar 70 masjid /mushola. Selain digunakan sebagi tempat ibadah, juga difungsikan sebagai tempat kegiatan Islami terutama pengajian atau pendidiakan Islam.
9. Kanada
Islam masud di Kanda kurang lebih 150 tahun yang lampau. Sikap toleransi antar agama cukup tinggi, sehingga kekerasan yang ditimbulkan dari agama ras dapat diminimalisasi.
Pada saat ini ada sekitar 600 ribu umat Islam di Kanada. Umat Islam di Kanada dapat bekerja diberbagai bidang. Saat ini pendidikan agama telah diajarkan di sekolah, karena para guru dan pengelola pendidikan merasa perlu untuk memberikan pengetahuan tentang Islam kepada para siswanya.
Usaha-usaha umat muslim di kanada untuk memperkenalkan kepada publik, bahwa Islam adalah agama yang cinta damai terutama di negara-negara barat antara lain ; diselenggarakan diskusi-diskusi, dialog listas agama, penerbitan buletin, serta aneka produk budaya. Selain itu umat Islam di kanada juga membuat acara khusus tentang Islam dan kehidupan sehari-hari. Mereka memproduksi film dokumenter yang diberi judul A New Life in a new Land.
10. Kawasan Eropa Timur dan Semenanjung Balkan
Pada masa Kekholifahan Turki Usmani, Islam merebak di negeri ini. Jumlah umat Islam terbanyak berada di Albania, dibandingkan di Bulgaria, Macedonia, Bosnia, Herzegovina, Azerbaijan dan sebagainya.
 
sumber: http://jokosiswanto77.blogspot.com/2010/06/perkembangan-islam-di-dunia.html